Rizqi Amalia
Maybe it's intuition
Something you just don't question
Like in your eyes
I see my future in an instant
And there it goes
I think I've found my best friend
I know that it might sound
More than a little crazy
But I believe

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life

There's just no rhyme or reason
Only a sense of completion
And in your eyes
I see the missing pieces
I'm searching for
I've think I've found my way home
I know that it might sound
More than a little crazy
But I believe

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life

A thousand angels dance around you..
I am complete now that I have found you..



Saya melihatnya dari kejauhan. Seorang pria hitam manis, berkacamata, dan memegang SLR di tangan kanan. Dia mengenakan kaos berwarna putih polos yang dipadunya dengan blue jeans dan sepatu Converse model old school. Casual dan punya style. Saya perkirakan tingginya setara dengan tinggi saya. Mungkin sedikit lebih. Usianya tidak jauh berbeda. Hanya terpaut satu atau dua tahun dari saya.

Sore itu, sambil ditemani secangkir lemon tea hangat, saya memperhatikan gerak geriknya. Hari ini tidak seperti hari kemarin, cafe sepi pengunjung. Mungkin karena hujan sejak siang tadi. Tapi ini membuat saya lebih leluasa lagi melihatnya tanpa terganggu pandangan lain. Hmm.. Saya suka cara dia membetulkan letak kacamata yang sedikit turun dengan jari tengahnya. Menarik.

Saya mencuri pandang padanya dengan perasaan sedikit takut. Berharap dia tidak menyadari betapa bodoh kelakuan saya. Menatapnya lekat lalu membuang pandangan saya jauh-jauh saat mata kami beradu pandang.

"Ah...", ujar saya sambil mengelus dada sesaat setelah dia memalingkan pandangannya dari arah saya. Hanya sepersekian detik tapi mampu membuat degup jantung saya mendadak meningkat.

Beberapa detik berikutnya, tangan saya terasa dingin dan menjadi salah tingkah saat saya menyadari si hitam manis ini berjalan menuju ke arah saya. Bibir saya bergerak kecil, menggumamkan kata yang hampir tak mampu terdengar. Membetulkan posisi duduk saya dan mencoba terlihat lebih tenang di depannya.

"Sendiri?", tanyanya pada saya. Dan saya hanya diam menatap matanya. Dia tersenyum lalu mengulangi pertanyaan yang sama. Saya mengangguk kecil. Dia membalasnya dengan senyuman dan ucapan terima kasih. Diletakkannya SLR di atas meja kami dengan hati-hati. Mungkin SLR ini hasil tabungannya selama beberapa bulan. Terlihat sekali dia sangat menyayangi benda itu.

"Gerimis.. Aku suka bau hujan. Adem. Bikin perasaan tenang.", ucapnya membuka percakapan kami setelah sebelumnya memesan secangkir Capucino.

"Aku juga.", kata saya menanggapi. Dan dia tersenyum sekali lagi. Ah, sungguh manis.

"Suka motret?", tanya saya. Seharusnya saya tidak menanyakan hal bodoh semacam ini. Tapi dia sungguh mempesona saya. Dia mengembangkan senyuman yang sedikit lebih lebar. Saya tersipu.

"Iya.", jawabnya sambil menatap mata saya.
"Ini abis hunting foto. Mau liat?", lanjutnya.
"Boleh."

Dia beranjak dari duduknya, menarik sebuah kursi lalu duduk di samping saya. Memperlihatkan beberapa foto yang baru dijepretnya seharian ini. Saya memaku pandangan saya pada hasil jepretannya tapi sesungguhnya pikiran saya entah ke mana. Posisi duduknya begitu dekat dengan saya sampai saya mampu mencium aroma tubuhnya. Hmm.. Aroma pria yang kuat.

Saya memandangnya, dia menatap saya. Sekali lagi, saya tersipu. Dia tersenyum. Merubah letak kursinya yang dirasa terlalu dekat dengan saya. Saya mengeluh dalam hati. Saya suka dia sedekat itu. Dia tersenyum lagi. Menyeruput Capucino pesanannya yang datang beberapa menit yang lalu.

"Fotonya bagus.", puji saya tulus.
"Makasih."
Dia tersenyum, membuat saya makin salah tingkah.
"Baru belajar. Hehe..", kali ini dipamerkan deretan gigi putihnya.
"Oh.."

Saya hanya mampu ber-oh singkat. Entah bagaimana cara Tuhan menciptakannya, tapi dia sungguh mampu mempesona saya. Saya tersenyum, dia membalas. Gerimis berubah menjadi hujan deras. Awan mendadak gelap. Saya masih menatapnya saat bayangnya perlahan memudar.

Saya bermimpi.
Labels: , edit post
3 Responses
  1. affi Says:

    bukan mirip cerpen, tapi emng cerpen..
    iyahh,, alurnya pas dari awal ampe mw trakhir, cuma pas d trakhir agak kecepetan ampe akhirnya tnyata cuma mimpi..
    hahhaaha,, tp overall bagus Q, ud lo bikin aj byk2 crita ky gini, kali aj dipesen bwt jd pnulis skenario lo..


  2. affi Says:

    ettt dahhhh,, gw mo ngomenin ribet ammat.. ampe bikin akun dulu..


  3. Rizqi Amalia Says:

    Hehe.. Pas gw baca lagi, endingnya emang kecepetan yak? Gw lagi iseng aja tadi sore. Mengalihkan pikiran ceritanya mah. Tapi gw malah ngebayangin dia pas lagi nulis. Hahaha.. Hmm.. Next time iseng lagi dah. Komenin lagi yak! Jadi gw tau, itu bagus ato ga. Tengkyuuu..


Post a Comment