Rizqi Amalia
Pak, saya mau curhat.

Hari ini saya ke kampus pagi-pagi sekali. Semangat saya sedang tinggi. Efek dari perbincangan kita kemarin malam, mungkin. Di otak saya tercermin idealisme yang dulu sempet kabur digeser ego. Saya mau maju!

Saya bergegas karena waktu begitu kejamnya memburu. Bicara dengan dosen ini, dosen itu. Bolak balik ke laboratorium, ruang dosen, akademi. Nunggu berjam-jam. Dan hasilnya?? N I H I L.

Saya tertunduk 2 jam di pojokan lobby akademi tadi sore. Menunggu seseorang bernama Pak Wimbo yang nyatanya ga pernah datang. Saya bingung, cemas, takut, kecewa, geregetan, egois, marah tapi berusaha mengerti. Saya baru sadar mungkin kayak gitu rasanya jadi permen NanoNano. Ah, ga tau lah, Pak. Saya campur aduk!

Air mata saya sempet jatuh satu ato dua kali. Dan saya buru-buru ambil tisu biar ga ada yang tau. Saya malu. Sebesar ini tapi punya nyali sepitik. Punya mental tahu dan ga pernah bisa setegar karang, bahkan untuk sekedar pura-pura.

Saya ingat Bapak. Berkali-kali mengirim pesan singkat yang akhirnya saya sadari cuma mempertegas kelemahan saya di depan Bapak. Tapi mau bagaimana, saya butuh sandaran. Saya butuh penyemangat. Dan saya bisa dapat dari Bapak.

Orang tua? Nanti sajalah. Mereka cukup pusing menghadapi kenakalan saya. Apalagi sepulang dari sini, saya ga mampu memberi kabar yang mengukir senyuman. Saya payah!

Kenapa ya, Pak??
Kenapa coba??

Saya mencari-cari jawaban. Tapi ga ketemu tuh. Terus saya mikir, mungkin ini karena Allah sayang saya. Makanya saya dikasih susah dulu. Biar saya tau diri, biar saya tau waktu. Ahh.. Pasti begitu. Akhirnya saya putuskan pulang.

"Gimana, Teh? Dapet ijazahnya?"

Ini yang ditanyakan orang tua pertama kali setelah menjawab salam.

Saya menatap mereka, lalu menggeleng.

"Kenapa?", tanya mereka lagi. Lalu saya jelaskan dengan air mata.

Ahh.. Manja sekali saya sampai Papa terpaksa turun tangan. Beliau menghubungi Pak Wimbo. Dan saya? Saya sibuk menyeka air mata.

Saya makin malu. Ini kan akibat kenakalan saya yang kemaren ya? Kok semua orang jadi sibuk? Dosen ini, dosen itu, orang tua, Bapak. Ckckck.. Saya sungguh tidak bertanggung jawab rupanya. Cuma bisa bikit repot! Ngerepotin!!

Dengan perasaan yang masih kacau, saya menuju kamar lalu mengunci pintu. Memeluk guling sambil terisak. Saya nangis lagi. Lebih seru dari sebelumnya dan saya tidak berusaha mencegah air mata untuk mengalir. Saya menangis sejadi-jadinya.

Hal-hal buruk mulai terbayang di benak. Air mata makin deras mengalir. Dan saya mematung. Bisu. Saya membias dalam sepi.
Labels: 0 comments | edit post
Rizqi Amalia
Saya duduk lagi. Kali ini benar-benar terdiam di lobby Akademi Pimpinan Perusahaan (APP). Nunggu Surat Tanda Kelulusan (STL) saya keluar.

Biar saya jelaskan gimana keadaannya. Hari Rabu saya sidang dan dijanjikan oleh Pak Hasnin selaku Pudir I kalau STL saya bakal keluar 1-2 hari setelah saya sidang.

Hari ini, H +2 sidang dan STL saya belum keluar. Ya, memang pihak UI kasih saya waktu sampai tanggal 21 untuk melengkapi beberapa berkas seperti STL dan transkip nilai sementara. Tapi besok Hari Sabtu yang artinya akademi tutup. Lalu Minggu, dan Hari Senin kebetulan tanggal merah. Saya resah. Karena berarti Hari Selasa, 21 Juli 2009 adalah tengat waktunya.

Ahh.. Apa iya karena pihak akademi yang ogah-ogahan mengeluarkan STL, saya jadi ga bisa masuk UI? Pak Wimbo bilang begini, Pak Didin bilang begitu. Misuh-misuh dan bosan dengan pertanyaan saya. Gosh! Saya mengelus dada. Sekarang si pembangkang dan idealisme udah bersatu. Kenapa yang lain ga ngedukung?? Sigh..

"Sabar, Ki!", kata saya dalam hati. Menenangkan diri sendiri meskipun raut wajah kecewa Mama langsung terbayang.

Setahun kemarin saya memang malas bersentuhan dengan tanggung jawab. Gatal rasanya, macam alergi. Tapi pelan-pelan saya nemu penawarnya. Ajaib. Saya sembuh dan suka dengan tanggung jawab.

Dan sekarang, keadaan seperti menggambarkan sebuah kalimat bijak, bahwa hidup kadang tidak seperti yang kita mau. Kalau kita mungkin saja tidak mendapatkan yang kita mau sekeras apapun usaha. Saya menarik nafas panjang. Berat. Saya belum siap kecewa di hari pertama saya berkasih dengan tanggung jawab.

Di samping saya duduk seorang kawan lama sejak 10 menit lalu. Bolak balik nanyain jam karena mau jemput si pacar.

"Udah setengah empat ya, Ki?", tanyanya.

Saya melirik malas ke arloji.
"Ho'oh", jawab saya.
"Gw cabut dulu ya.."

Saya mengangguk dan kembali sibuk dengan pikiran dan perasaan.

Saya ga punya apa-apa sekarang. Cuma doa. Dan itupun bergantung pada keputusan Allah. Saya tahu Dia baik, makanya saya ga berhenti berdoa. Dan apapun itu keputusan-Nya, saya harus ikhlas. Iya, ikhlas. Hal paling berat untuk saya saat ini.

Saya diam. Sibuk dengan pikiran dan perasaan sendiri, sementara di depan saya segerombolan junior tertawa renyah. Saya hilang gairah. Hilang hasrat. Saya berduka.
Labels: 0 comments | edit post
Rizqi Amalia
Saya berada di sebuah ruang ukuran 3 x 4 meter dengan sofa, meja, dan beberapa foto di dinding. Saya diam, duduk manis sambil melipat kaki. Sepuluh menit kemudian dia datang.

Namanya Pak Kumis. Dia tersenyum melihat saya yang datang terlambat 1 jam dengan rambut awut-awutan. Saya bangkit, meraih tanggannya, salim.

"Malam, Pak!", sapa saya. Beliau masih setia dengan senyumannya.
"Saya mau minta pendapat Bapak.", lanjut saya.

Beliau duduk di hadapan saya memakai sarung dan kaos oblong warna putih khas bapak-bapak. Oiya, peci putih juga.
"Ada apa?", tanyanya.

"Soal kuliah dan kerjaan, Pak.", jawab saya kalem.

Saya mulai bercerita soal aupair, soal kuliah, soal rencana hidup saya padanya. Beliau senyum sambil mendengarkan dan sesekali mengangguk.

"Kamu ini bisa dapet lebih kenapa mesti terburu-buru begitu? Tinggikan kualitas kamu, ini yang penting. Nanti dengan sendirinya orang yang akan mencari kamu, bukan kamu yang minta-minta ke orang.", begitu katanya setelah mendengar cerita saya.

Saya diam.

"Cita-cita ke luar negeri itu bagus. Jangan diubah. Yang perlu diubah, pemikiran pendeknya. Pergilah ke luar negeri dengan sesuatu yang membanggakan. Kamu bisa kok, Bapak yakin.", katanya lagi melanjutkan.

"Tadi sore saya bicara dengan orang tua saya lagi mengenai aupair ke Belanda. Mereka sudah setuju, Pak."

"Ki, kamu tuh pinter loh."

Saya diam. Tertunduk.

"Begini, dulu.. blablabla..", beliau mulai menceritakan pengalaman hidupnya. Saya makin diam. Dan kalimat terakhir darinya makin menundukkan kepala saya.

"Orangtuamu nanti sedih."

Saya akhirnya menceritakan rencana hidup saya sebelum project iseng asal-asalan ini ada. Rencana kuliah, kapan mulai kerja, tujuan hidup saya, masa depan. Saya sendiri heran kenapa segampang itu mengubah rencana yang telah saya susun rapi beberapa tahun silam.

"Nah, berpikir yang seperti itu dong."

Saya diam lagi. Terngiang suara Bujen yang terdengar ragu tapi berusaha meyakinkan saya tadi sore.

"Mama sih oke aja."

Saya diam lagi.

Aupair ini bukan masalah pengalaman atau belajar bahasa semata. Tapi ini demi terpuaskannya ego saya yang kelewat gede. Ahh.. Saya ini.. Plinplan, kata pacar saya. Suka ga jelas maunya apa. Ga fokus, katanya lagi.

Yahh.. Saya kembalikan idealisme saya. Saya kubur ego saya dalam-dalam, timbulkan sedikit saja, biar saya tetap menjadi manusia utuh yang punya ego.

Mungkin dengan ngaretnya jadwal sidang, makanya saya bisa masuk UI -kampus impian saya dari SD. Mungkin dengan ga jadinya saya ke Belanda sebagai aupair, saya bisa ke Belanda untuk kuliah dengan beasiswa. Mungkin. Mudah-mudahan. Amien. Saya hanya bisa berdoa dalam hati. Selalu ada hikmah. Saya percaya. Dan Tuhan tidak pernah tidur untuk kita yang rajin berdoa.



PS. Makasih Pak Kumis, Anda telah menggembalikan idealisme dan cita-cita luhur saya. Hehehe.. Terima kasih banyak, Pak!!
Rizqi Amalia
Saya tersesat lagi. Iya, ga punya pendirian, ga punya pegangan, tapi saya punya mimpi. Dan saya tersesat dalam mimpi-mimpi saya. Sigh..

Okeh, saya bukannya ga takut pergi ke luar negeri sendiri, ga punya sodara, ga kenal siapa-siapa kecuali keluarga Daniel (incl. Tante Judy). Saya takut, tapi sekali lagi, saya yang punya jiwa petualang sejati ini suka dengan hal-hal menantang. Saya belagu, saya akui. Tapi itu modal seorang pemberani, menurut saya.

Tadi siang pikiran saya kacau lagi. Soal aupair dan soal kuliah. Dua pilihan yang sebenernya ga bisa saya pilih. Kenapa? Karena semua tergantung restu Mama. Ya, memang saya pembangkang, tapi untuk setiap keputusan besar dalam hidup saya, saya sertakan maunya Mama.

"Teh?", katanya di seberang sana.
"Ya, Mah..", jawab saya.
"Nanti dibicarakan lagi soal ke Belanda di rumah sama Papa. Mama sih oke aja. Tapi Belanda kan ga jauh..", katanya menjawab isi sms yang saya kirim lima belas menit yang lalu.

Saya diam. Kuat sekali keragu-raguan saat Mama bilang "oke". Dia bingung, apalagi saya. Tapi keputusan harus jelas. Saya menunggu, keluarga Daniel menunggu, egoisme saya menunggu. Sigh..

Sekarang saya jadi ragu. Bukan ragu harus ke Belanda atau ga. Tapi saya ragu, Mama ikhlas kasih restu ato ga. Segimanapun saya ngerayu, setegas apapun beliau bilang boleh, tapi kalo ga ikhlas, saya ga pergi.

Sekarang, jadi ga jelas maunya saya. Sebentar aupair, sebentar kuliah. Aaahh.. Kenapa saya ga dikasih keteguhan hati saja? Biar saya gampang ambil keputusan. Biar saya ga ngerepotin semua orang! Saya benci seperti ini. Saya masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat. Saya mau sendiri.
Labels: , 0 comments | edit post
Rizqi Amalia
Saya tersesat.


Semua berawal ketika saya kehilangan idealisme beberapa tahun silam. Saya terpesona ego lalu menenggelamkan diri sekian lama tanpa berniat bangun. Saya ogah berkutat dengan tanggung jawab. Saya ini pengecut makanya takut. Ngumpet. Ngeri saya berhadapan dengan dunia.

Dia, yang saya sebut idealisme tersapu badai yang saya bikin sendiri. Ribuan kali. Tapi ya sudah, ciptakan yang lain saja. Ga mau ambil pusing. Untuk apa? Toh hidup saya. Pemikiran saya. Masa depan saya. Egoisme saya. Cuma saya.

Tapi semua berubah ketika hidup secara tidak sengaja membawa saya pada level dewasa. Tingkatan di mana tidak hanya saya, tapi ada yang lain. Keadaan di mana saya tidak boleh tidak mikirin masa depan. Saya sejauh apapun berlari, tanggung jawap tetap menghampiri. Dia terus mengikuti. Dan saya memutuskan keluar dari suaka ego.

Saya terseok. Sekian lama ngumpet ternyata bikin otak saya ngadat. Penyegaran? Nanti sajalah. Saya punya banyak waktu untuk itu. Sekarang waktunya mengumpulkan setiap detil yang hilang dari hidup. Mengembalikan lagi idealisme. Menyusun lagi masa depan. Saya bahagia bertanggung jawab. Saya kembali normal karena punya sesuatu untuk dijalani. Idealisme saya!

Semua berjalan baik sejak beberapa bulan lalu. Rencana-rencana tersusun rapi. Saya lebih bersemangat dan tau diri untuk bersyukur pada-Nya lebih rajin lagi. Dan ya, Dia sayang saya, makanya semua kembali baik. Normal. Sayang tidak terkendali. Ego bikin ini kacaw lagi.

Bayang-bayang ke luar negeri ada di depan mata. Kuliah di tempat impian sudah saya dapatkan. Dan penerimaan diri yang tak terduga datang dari keluarganya. Saya bimbang lagi. Saya lupa di mana saya menempatkan prioritas. Saya larut dalam keinginan-keinginan sampai ga tau lagi tujuannya apa. Sekuat hati menahan biar sang idealisme tidak tumbang tapi apa daya, saya tersesat dalam ego.

Saya tersesat.
Dan waktu tanpa ampun memburu.
Labels: 0 comments | edit post
Rizqi Amalia
Alooo..!
Apa kabar teman-teman sebangsa dan setanah aer? Semoga tetep sehat, tetep semangat supaya kita bisa jalan-jalan terus bersama saya, Nyai Rombeng *nunjuk diri sendiri pake gaya Bondan Winarno.

Gw dilanda dilema Belanda nehh. Huhuhu.. Yap! Kalo udah bawa-bawa Belanda, ini pasti berhubungan dengan aupair. Jadi begini, setelah bicara sana sini sono sene sunu, hehehe, ternyata keluarga Daniel yang udah kepincut senyum maut dan goyang gergaji gw (hahaha), minta gw untuk stay for 2 years di keluarganya.


Berikut reka ulang kejadian:
10 Juli 2009, 09.20
Kediaman Tante Hester, Jakarta

Awalnya kita ngomongin soal kebiasaan anak-anak Daniel. Ada yang suka sayur dan ada yang alergi buah (semua jenis buah!). Dan gw ketawa-ketawa karena gw suka semua buah termasuk buah hati (ihh, apaan sih, Ki?! Hehehe..).

Nah, tau-tau, Tante Judy bilang, "Jadi begini, Rizka.."
"Rizqi", kata gw membetulkan dalem hati.
"Daniel minta kamu untuk stay selama 2 tahun di sana. Karena anak-anak kan kasihan kalo ganti-ganti nanny. Selain itu biayanya juga mahal", lanjutnya (bukan lanjutkan loh! Hehe..).

"What? 2 tahun??!", teriak histeris sambil jungpalitan kek Fitri Tropika dalem khayalan.

Gw diem terus bilang, "Kalo selama itu, I have to talk to my mom first, Tante. Karena setau mereka saya akan pergi selama setahun."

Terus ya Tante Judi menyerahkan pada gw dan menyarankan gw buat ngomong ke Daniel langsung.


Ga lama, gw pamit pulang dan mikirin ini di jalan. Dua tahun itu bukan waktu yang sebentar, ya kan? Dan gw ga pergi untuk jarak 500 km kek dari Cibinong ke Puerto Rico, kan? Tapi buat ribuan kilometer yang ditempuh dalem belasan jam sambil digendong Mbah Surip (please listen to Mbah Surip-Tak Gendong).

Gw mikir, meragu. Ahh.. Bisa gila gw! Satu sisi, gw pengen banget ke Eropa, stay bareng keluarga bule, ketemu banyak orang baru, makan stroopwafel sampe muntah bareng si Gembul, ngelakuin hal-hal baru, tinggal di lingkungan baru. Gw yakin capek, tapi bakal seru karena gw memandang banyak hal dari sisi yang beda dari kebanyakan orang. Pasti seru ato kalopun ga, gw bisa bikin jadi seru!

Sisi laen, gw terbentur dengan masalah pendidikan. Gw udah mundur satu tahun kemaren, masa harus mundur dua tahun lagi?? Dan orang tua gw, khususnya Bujen pasti keberatan kalo gw harus menelantarkan kuliah lagi. Satu tahun mungkin okeh, tapi dua? I don't think she would give me the permission. Lagian, anything in my mind, I should put "for my mom's happiness" on the top, right?? Sigh..

Gw bingung. Semalem gw coba ngomongin ini bae-bae sama Pajen Bujen. Mereka, seperti yang sudah saya duga, keberatan kalo saya harus tinggal selama itu. Dan tentu saja, gw disuruh nyari info selengkap-lengkapnya dan sejelas mungkin dari Kedubes Belanda dan tentunya Daniel.

Gw diem dan sempet nangis sedikit waktu mikirin ini. Dalem bayangan gw, pasti Bujen bakal kangen marahin gw, kangen ngeledekin gw, ato bikinin gw telor dadar buat sarapan. Ahh.. Gw yang terlalu sensitip ato gimana yaa? Heu..

Kalo jadi berangkat tahun depan, on Feb, berarti bulan depan gw kudu ngurus visa. Sambil nunggu itu kelar, gw bisa beli baju musim dingin karena gw dateng pas lagi dingin-dinginnya. Terus perdalam Dutch sambil nyobain resep-resep baru.

Kalo ga jadi, ya kuliah. Kuliah sambil cari-cari kerja dan kumpul bareng keluarga tiap minggu. Gorengin telor dadar buat si Kakak ato digorengin telor dadar sama Bujen.

Gw membiru. Ahh..


"Mah, Teteh kangen telor dadar bikinan Mamah"..
Rizqi Amalia
05 Juli 2009
Huaaaa..!! Besok udah tanggal 6! Gw ada janji ma Tante Judy jam 10 pagi! Oh oh oh.. Gw bingung lalu mempertanyakan hal-hal penting seperti:
1. Pake baju apa ya?
2. Dandan ga ya??
3. Sempet sarapan ga ya???
4. Sempet mandi ga yaaa????!

Hehehe.. Kalo nyasar mah ga masalah. Berhubung gw jagoan dan petualang sejati (baca: sering nyasar) jadilah gw menyerahkan semua pada otak gw dan kekuasaan Tuhan. Hahaha.. Mudah-mudahan ga sampe telat, ya ga enak juga. Heu.. Secara gitu kesan pertama gw via telpon kurang menarik alias balelol Dutch, mudah-mudahan besok keadaan berpihak padaku. Amien.. *berdoa sepenuh hati


06 Juli 2009, 04.00
Ahh kenapa mesti bangun secepet inihh..?! Huhuhu.. Akhirnya setelah berkeluh kesah selama 3 detik, gw memutuskan untuk tidur lagi dan bangun satu jam kemudian.

Hoaaaamm..
Ngecek imel, tapi ga ada imel dari Mas Ganteng, akhirnya gw mandi, sholat, dandan cantik, dan berangkat 45 menit kemudian.

1st Destination: Roti Unyil
Tepat jam 6, gw dapet miniarta yang menuju Bogor. Sambil sarapan Breadtalk (bukan Breasttalk yaaaa..) sisa kemaren, gw bolak balik ngecek jam dan berharap ga telat.

Di jalan gw mikirin apa yang akan gw lakukan kalo Tante Judy ngajak ngomong pake Dutch. Gw punya beberapa option:
A. Cengo melongo;
B. Teriak histeris; ato
C. Pura-pura pingsan.
Dan setelah berpikir keras selama 20 menit, akhirnya gw memutuskan untuk pura-pura pingsan.

Sampe Bogor, dengan agak tergesa, gw menuju sebuah toko roti khas Bogor. Iya, bener! Gw mau nyogok Tante Judy pake roti unyil. Hahaha.. Tadinya malah mau bawain semur biar si Tante bisa nyobain masakan gw, tapi takut ga keburu.


2nd Destination: Rumah Tante Judy
Beres beli roti unyil, jam 7 lewat 10 menit gw naek bis Lebak Bulus-Bogor dalam keadaan cemas. Selain kepingin pipis, gw juga takut telat sampe ke rumah Tante Judy-nya.

"Mbak, dari sini ke Lebak Bulus berapa jam ya?", tanya gw ke mbak-mbak yang duduk di samping kanan gw.
Belom lagi dia jawap, gw udah nyosor dia lagi pake pertanyaan, "Dari Lebak Bulus ke Citos berapa jam ya?"

Si mbak-nya senyum. Mungkin mengira gw dari kampung dan ga pernah maen ke Jakarta. Hahaha..

"Cepet kok. Kalo ga macet ya sekitar satu jam", jawapnya ramah.
"Oh, saya janjian jam 10 ke rumah temen. Keburu ga ya? Rumahnya di belakang Citos", kata gw.
"Keburu banget kok. Ga bakal telat", gitu katanya.

Gw jadi lumayan tenang setelah denger jawaban dia. Lalu mengisi perjalanan dengan menonton Mulan. Hehehe..

Satu jam 15 menit kemudian gw sampe di Citos. Muter-muter nyari kamar mandi, nahan pipis, sambil nelponin si Bento nanyain angkutan dari Citos ke UNJ. Gw kudu sampe ke Rawamangun dengan selamat sentausa sejahtera siang ini. Hihi.. Dan 10 menit kemudian, gw naek Burung Biru menuju alamat yang dikasih Tante Judy.

Meskipun gw kecepetan 1.5 jam, tapi gw seneng daripada telat 10 menit. Ga enak lah ma si Tante. Udah mah Dutch-nya balelol, eehh masa janjian aja pake telat. Ga keren banget gitu kesannya. Hehehe. Ceritanya gw mau menunjukan pribadi yang unik menarik gitu di depan si Tante. Jualan diri dah! Hahaha..

Beres ketemu Tante Judy yang ternyata ga sampe setengah jam, gw menuju Rawamangun, ngurusin ekstensi S1. Udah deh, ga gw pikirin lagi Tante Judy mau nerima gw ato ga. Hehehe. Soalnya kata si Cindra, aupairnya Anita yang sekarang, ada sekitar 4-5 kandidat gitu. Dan diantara mereka, gw lah yang paling balelol Dutch. Jadi ya udah pasrah kalo ditolak. Heu.. Kira-kira begini, aupair just such a tiny little unimportant thing which is ever cross my life. Hehehe.. Yang nyatanya masih gw pikirin sampe perjalanan pulang dari UNJ ke rumah. Huhuhu..


16.05 WIB

Tante Judy nelpon gw! Huaaaaaaa.. Senangnya meskipun belom tau apa yang bakal belio sampein (bisa deal or no deal). Hehehe..

Dari percakapan kami yang kurang lebih dua menitan, intinya adalah Daniel (anaknya Tante Judy) pengen Tante Judy aja yang ajarin gw Dutch (yippie!!) dan nanya apa gw punya paspor ato ga. Hehehe.. Yah, mudah-mudahan lancar dehh.. Amien!


08 July 2009, 20.05
1 Missed Call(s)
Show
Tante Judy

Wahh.. Ada apa nih Tante nelpon gw?? Heu.. Apa mau bilang, "Sorry Rizqi, I choose another one, please apply for the next year". Heu..


09 July 2009, 08.53

"Selamat pagi, Rizqi!", kata Tante Judy ramah.
"Pagi, Tante! Apa kabar?", jawap gw sopan. Hehehe..
"Rizqi, ada beberapa blablabla..", kata Tante Judy lagi.

Yang intinya besok pagi jam 9 ato jam 10 gw ke rumah Tante Judy. Wah wah wah.. Ternyata sogokan roti unyil dan senyum maut gw berhasil! Yippie!! Hahaha.. Ya, at least bisa membawa gw ke pertemuan selanjutnya bersama Tante Judy. Selangkah lebih maju menuju Eropa!! Hihihi.. Semoga aja dapet kabar baik. Amienn.. *berdoa diperjalanan pulang.



Pesan moral: Rayulah siapa saja dengan makanan! Selamat mencobaaaa.. ^^
Rizqi Amalia
Hai hai haiiii..
Apa kabar dunia persilatan?? Semoga makin okeh dan mantap tap tap (pake echo). Hehehe..

Gw lagi deg-degan nih abis ditelpon. Cieilaaahhh.. Hehehe.. Tumben-tumbenan nih deg-degan gara-gara ditelpon. Yailalahhh.. Ditelpon Tante Judi gitu. Hihihi.. Penasaran kan siapa sih Tante Judi?? Penasaran kan kan kan? Hahaha.. Okeh okeh, don't worry, I'm gonna tell you a lil bit about her.

Berawal dari nafsu menjelajahi Eropa (baca postingan Dying To Traveling To Europe), gw tertarik ikutan aupair. Pertama, gw ngerasa banyak pengalaman dengan anak-anak (berhubung punya banyak sepupu dan keponakan yang masih kecil), kedua, tentu saja cita-cita sedari orok yaitu keliling Eropa bisa terpenuhi atau paling ga ada kemungkinan terpenuhi. Hihihi.. Lalu mendarah daginglah keinginan untuk jadi aupair.


Iseng join salah satu situs aupair, ketemulah gw dengan sebuah keluarga kecil. Het gezin heb 2 zonen. (Hehe.. Bener ga ya grammar-nya? Heu). Iya, boys! Gw selalu suka sama anak cowok. Hehehe. Dan mereka lucu-lucu. Keluarga ini sepertinya serius dan bener-bener tertarik sama gw as much as I do. Dan keluarga siapakah ini? Yap! Keluarganya Mevrow Anita.

Mevrow Anita sempet bilang di emailnya kalo ibu mertuanya bakal dateng ke Indonesia dan kalo belio punya waktu, belio mungkin mau bertemu gw. Namanya Tante Judi.


02 Juli 2009
Huaaaaaaaaaa.. Jam 4 Subuh!! Mami Neneng udah ribut aja bangunin saya.
"Teh, bangun, Teh!! BANGUNN!!", begitu katanya.

Saya ogah-ogahan bangun sambil terus nguap dan ngucek-ngucek mata. Jam EMPAT gitu!! Tapi mau ga mau, karena ini demi masa depan yang gemilang, saya akhirnya bangun, mandi lalu dandan cantik. Jalan terseok-seok menuju jalan raya dan duduk manis di pinggir jalan sambil nunggu bis Cibinong-Senen. Dengan tujuan daftar ekstensi S1 di UNJ.

Menunggu dengan gelisah dan tak tentu arah selama kurang lebih 4 jam, saya akhirnya mampir ke sebuah warnet dekat kampus UNJ lalu melaksanakan tugas suci. Duhhh.. Ampun dah nih warnett.. Lelet kek kura-kuraaaa!! Saya sih sabar, tapi Tante saya ga sabar (karena Mami Neneng pulang, saya lalu ditemani Tante Edah). Dan saat dia sedang dilanda ketidaksabaran akut, hand phone saya bunyi.

"Hallo, Rizqi??", begitu sapa wanita di seberang sana.
"Ya. Ini dengan siapa?", jawab Teteh Cantik.
"%#&*^*%&(!", begitu jawabnya.
"Ya, maaf??", berharap pengulangan.
"%#&*^*%&(!", diulang dengan intonasi yang sama.
"......", bengong tiada tara.

Waduuuhhh.. Ini pasti Tante Judi, mertuanya Anita. Duhh, jawab apa niihh??! Aduuh.. Mikir, Ki! Ayo jawappp! Mana hasil intensip Dutch?! Heu.. Saya merasa jadi orang paling bodoh se-Rawamangun saat itu..

Emang apa sih yang Tante Judi omongin?? Bener mau tau? Okeh.. Biar saya translate untuk Anda!

%#&*^*%&(! artinya &^$*&^*@#&(
Eh, salah! Ini yang bener &^$*&^*?#&(

Ternyata sebulan lebih intensif Dutch masih belum cukup! Selama ini saya masih text book yang artinya belom siap menghadapi dunia nyata. Hahahaha.. Kiki yang bodoh! Huhuhu..

Dengan jidat penuh kerutan dan merasa bersalah tiada terkira, akhirnya saya melanjutkan percakapan dengan Bahasa Indonesia! Malu benar saya. Tapi untungnya Tante Judi ini baik. Heu.. Dan hasil pembicaraan kami selama kurang dari lima menit adalah janji bertemu tanggal 6 di rumah Tante Judi. Yippie!! Hihihi.. Mudah-mudahan pertemuan kami berjalan lancar! Amienn..

Doakan saya menjadi aupair yaaaa..!

Dag!!