Rizqi Amalia
Gw penuhi hidup gw bulan ini dengan benda terbuat dari lateks dan vynil setebal 0.003 mm, kondom. Bukan yang rasa durian ato yang bergerigi. Bukan juga kondom yang berfungsi mematikan bakteri pada sperma alias spermatisida. Tapi soal sejauhmana keefektifan benda ini dalam penanggulangan AIDS dan tentu saja, kontroversi yang ditimbulkannya.

Flash back sebentar yee.
Berawal dari kompetisi blog yang berhadiah jalan-jalan ke Belanda, gw jadi rajin browsing lomba kepenulisan lainnya. Berbekal dengan niat suci, kemampuan pas-pasan, dan bantuan dari temen-temen serta pacar, gw yakin bisa menciptakan karya agung yang sensasional. Hahaha.. Maka, atas dasar itulah, gw mengambil tema Program Pemakaian Kondom untuk kompetisi kali ini.

Ide-ide brilian sebenernya udah ada di otak dari awal gw memutuskan ikut kompetisi. Ngebahas apa aja, sisi mana aja yang bakal gw angkat, dan akan gimana awal paragraf serta akhir dari tulisan gw. Pokoknya, ide mah udah mateng, tinggal bajaimana gw menterjemahkannya lewat kata. Nahh, masalah muncul ketika gw menerapkan kebiasaan gw menulis pada karya yang ini: tanpa outline.

"Kamu bikin outline ga? Kerangka?", tanya Dakocan di suatu sore saat gw merasa karya agung gw ga ngena di hati dan sanubari.
"Enggak. Dan aku emang ga pernah pake outline kalo nulis.", jawap gw.
"Kamu udah baca petunjuk menulis essay?", tanyanya lagi. Mungkin karena gw terbiasa males baca petunjuk, makanya dia nanya agak bawel.
"Udah."
Singkat, padat, dan jelas. Gw emang udah baca petunjuk menulis essay, ngikutin langkah-langkahnya, tapi malah jadi makin mandeg dan keilangan arah. Hehehe..

Malam hari, masih tentang kondom. Gw private message (PM) beberapa temen yang mungkin bisa gw ajak diskusi soal si kondom. Ada yang bilang begini, berkata begitu, dan yang paling spektakuler adalah saran dari seorang temen supaya gw masuk situs porn dan ikutan forumnya. Oalahh.. Hahahaha. Gw rasa ngebeli sekotak kondom terus pajang di depan komputer rasanya lebih menginspirasi.

Akhirnya gw memutuskan membeli sekotak kondom rasa duren di sebuah minimart. Et, ya ga lah.. Hahaha. Gw browsing data-data lain soal si kondom. Penasaran sejauh mana hubungan si kondom sama seks bebas, dan ternyata emang ga nyambung. Hehehe.. Jadi tambah penasaran dong, apa sih yang bikin si kondom kok susah banget diterima keberadaannya sama masyarakat.

Selidik punya selidik, ternyata si kondom ini kalo digabung dengan paham fundamentalis dan dicampur pemikiran cetek, jadi menimbulkan stigma aneh: kampanye kondom berarti ajakan untuk berzina. Hehehe.. Gw cuma punya ketawa untuk pendapat seperti ini. Lha wong kondom itu jelas-jelas untuk kesehatan, kemanusiaan, dan kelangsungan hidup orang banyak kok jadi dikambinghitamkan sebagei pelegalan seks bebas. Gimana sih??

Sedikit kesoktauan gw soal kondom dari sisi agama. Kita kan punya beberapa sumber hukum buat segala sesuatu. Yang pertama Holy Qur'an, terus Hadist, terus gw lupa apalagi. Hahahaha.. Tapi yang terakhir adalah Maslahah dan Mafsadat. Maslahah adalah kebaikan dan Mafsadat berarti kejelekan. Dari situ harusnya kita bisa lebih cerdas lagi mencari tahu sejauhmana kebaikan dan keburukan si kondom. Bukan demo sana sini menolak mentah-mentah keberadaannya.

Terus apa dong solusinya?
Hmm, apa ya? Hehehehe.. Emang masih butuh solusi? Baiklah kalo begitu, akan gw berikan solusinya: JANGAN TOLAK KONDOM.
Jangan tolak kondom karena alasan agama ato moral. AIDS ini masalah kemanusiaan.
Jangan tolak kondom karena statement, "Kondom masih mungkin bocor", tapi perbaiki kualitasnya.
Jangan tolak kondom karena khawatir akan disalahgunakan, tapi beri penyuluhan dan penjelasan.

Jalan tengah terbaik adalah dengan memberikan pengetahuan yang mendalam akan bahaya AIDS dan fungsi si kondom kepada masyarakat awam dan tokoh agama. Agar mereka tau dan bisa mengkampanyekan program ini lewat bahasa mereka. Sekalian sedikit-sedikit ngasih pendidikan seks, biar generasi muda tau menjaga diri. Lagian kan seks bukan hal yang tabu lagi loh (apalagi kondom!).

Terakhir adalah perhatikan lokalisasi kampanye kondom sekalian kasih informasi soal bahaya penyakit seksual termasuk HIV/AIDS, cara mencegahnya, dan di mana posisi kondom dalam masalah ini. Jangan cuma teriak-teriak perangi AIDS terus bagi-bagi kondom. Tapi bagi juga pendidikannya. Cara seperti ini menurut gw lebih mungkin menekan jumlah penderita AIDS yang makin berkembang, selain itu ga nyakitin yang namanya ideologi dan kultur.

Menurut lu?
0 Responses

Post a Comment