Rizqi Amalia
Jam 7.30 pagi, Bang Evry dan Bang Abi udah jemput kita di hotel. Hari ini tujuannya menjelajah Belitong Timur. Tapi seperti biasa, karena kami ini gerombolan siberat, belum juga jalan, udah minta sarapan. Yang lucu sih Kang Yudi, gua tanyain, "Kang, masih laper ga? Sarapan lagi yuk!". Sambil megang perut dia bilang, "Ga ah, udah kenyang.". Gua sih ga percaya, secara Kang Yudi sama gua badannya beda tipis. Iya, lebih tipis gua! Apa lo?! Hahaha.. Dan bener aja, si Kang Yudi mesen makan lagi.. *tepok jidat*

Mereka membawa kami ke warung tempat Mie Belitong seperti hari pertama. Di sini selain Mie Belitong, menunya ada juga Soto Belitong (soto daging) dan nasi plus lauk. Karena gua belum bisa move on dari enaknya kuah udang Mie Belitong, gua dan Dinni pesen itu lagi. Yang lain sih pesen Soto Belitong yang katanya enak dan rasa kuahnya kayak kari. Nyesel, ga sempet nyobain. Hiks!

Hari ini gua semobil dengan rombongan hari pertama (Stefanus, Ibek, Deasy), tapi beda guide, hari ini sama Bang Evry. Sepanjang jalan Stefanus menghibur kita semua dan ngebully gua. Perjalanan jadi ga ngebosenin dan ketawa terus sampai sakit perut. Nanti akan gua bahas mengenai mereka satu per satu. Tapi sekarang fokus ke jalan-jalannya dulu yaa!

Tujuan pertama kita kali ini adalah Vihara Dewi Kwan Im di Desa Burong Mandi, Belitung Timur. Dalam perjalanan menuju ke sini, kita melewati Kota Manggar, kotanya Laskar Pelangi. Makanya di kanan-kiri jalan tiang listriknya dicat warna pelangi.


Vihara ini adalah vihara terbesar dan tertua di Belitong. Lebih tua dari umur kita bersembilan dikali dua. Hahaha. Ngaco abis. Umurnya sekitar 266 tahun. Kita juga bisa lihat Pantai Burong Mandi (yang akan jadi destinasi ke dua hari ini) dari atasnya. Konon (jangan dibalik), Dewi Kwan Im bersembahyang di atas batu yang ada di Kon Im, salah satu tempat sembayang paling besar di vihara ini.

Banyak orang yang mengunjungi vihara ini baik yang pengen liat-liat doang kayak gerombolan gua, maupun untuk sembahyang. Kita ga bisa terlalu lama di sini (lah mau ngapain juga?!) karena mulai banyak rombongan travel  lain maupun rombongan motor gede yang pada mau sembahyang.

Berbeda dengan pantai di Belitong Barat, di Belitong Timur pantainya sepi granit, seperti di Pantai Burong Mandi ini. Biarpun ga ada granitnya, pantai ini udah terkenal dari abad ke 17 lho. Terutama oleh Belanda yang mengenal Pantai Burong Mandi dengan sebutan Borom Mandi atau Burum Mandi. Idih! Bau dong ya, kan burum mandi! Oke, cukup, Ki! *tampar diri sendiri*

Pantai ini memiliki arus ombak yang tenang, air laut yang jernih, dan pasir putih yang lembut. Di tepinya kita bisa lihat kapal-kapal nelayan alias jukung (warga Belitong menyebutnya kater) yang berwarna warni terparkir rapi. Gua berdiri di bawah pohon, menikmati angin sepoi-sepoi sambil memerhatikan (cieh perhatian) temen-temen yang lain asik bercanda dan mengambil foto. Suasana pantai yang sepi, bikin gua jadi melow dan berasa intim (apeu!). Gua ga terlalu suka keramaian, jadi buat gua suasana pantai yang bagus dan sepi tuh priceless banget.


Gua juga sempatin ambil beberapa foto. Gua perhatiin (cieh perhatian lagi nih!) dari hari pertama Bang Evry semangat banget kalo ngambilin foto. Sebentar-sebentar nyuruh foto, nyuruh gaya. Ya bagus sih jadi banyak fotonya. Hehehe.. Makasih bang! *salim*

Setelah puas menikmati pantai dan makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Serdang. Pantai ini terletak di Desa Baru, Kecamatan Manggar, Belitong Timur. Kata Bang Evry, di sini banyak warga bugis yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan dan beberapa diantaranya masih primitif. Makanya kalo lo ke sini, di tepi pantai lo bisa lihat marka dilarang buang air besar di pantai.

Sama seperti Pantai Burong Mandi, Pantai Serdang juga ga punya bebatuan granit. Ya kayak pantai aja gitu. Biru, jernih, dan keren sih. Gua sama Dinni jalan sampai agak jauh dan menemukan spot yang bagus buat foto.



Puas di Pantai Serdang, kami lanjut ke Bukit Samak. Mirip puncak lah, cuma bedanya ga dingin aja. Dari Bukit Samak kita bisa lihat pemandangan laut yang aduhai. Tadinya Bukit Samak ini lumayan ramai dan menjadi salah satu objek wisata favorit warga Belitong. Masih terlihat jelas kok sisa masa kejayaannya. Di sini ada beberapa cafe, penginapan, dan dulu ada kebun binatangnya juga lho. Tapi lama kelamaan sepi pengunjung.

Dari Bukit Samak, kita menuju Museum Kata, Andrea Hirata. Tempatnya sederhana tapi banyak menyimpan cerita. Gua suka suasana di sini. Berasa kayak rumah nenek. Lumayan banyak juga gua ambil foto dan sempatin nulis postcard untuk mama-papa. Manggar ini dikenal sebagai negeri 1001 warung kopi. Di bagian belakang museum juga dijual kopi khas Manggar dan pisang goreng. Yah meskipun ga suka kopi, buat ngilangin rasa penasaran, gua pesen dah tuh kopi susu. Gua ga bisa bedain kopi enak dan ga enak itu kayak gimana. Tapi minum kopi di Manggar ga bikin gua sakit perut kayak biasanya. Asumsi gua, mungkin kopinya ga terlalu asam kali ya? Ga tau juga deh. Kalo lo penasaran sama rasa kopi dari Manggar, sempetin dateng ke sini ya!




Ga jauh dari Museum Kata, kita bisa datengin replika Sekolah Laskar Pelangi, tempat syuting film Laskar Pelangi.
     

Sempetin lah foto-foto di sini biar ada kenangannya. Nih kayak si Lucky, bocah ini emang lincah dan petakilan sih. Naek lah dia ke gapura dan difoto sambil megang bendera. Keren kan?!

Kami balik lagi ke kota untuk mengejar sunset di Pantai Tanjung Pendam. Meskipun ga dapet yang bulat sempurna, tapi semburan senja yang merona sangat gua nikmati. Alhamdulillah Kang Yudi selalu iseng ambil candid dan hasilnya oke. Aku senang!


Malam ke dua kami makan malam di Kedai SS. Gua inget karena gua agak ga enak badan hari itu. Sambil nunggu pesanan datang, gua tidur di pojokan. Badan ngilu ga enak dan gua ga mau sakit! Dih, masa liburan sakit. Sakit mah kalau lagi kerja aja, itung-itung libur. Hahaha.. Dinni udah bolak balik bilang, "Jangan sakit dong Ki.. Yah, masa gua lagi yang kena..", sambil mijetin bahu gua.

Masih inget kan peristiwa tiga setengah juta (please check: Flu Dewa)? Hahahaha! Kita ceritain tuh tragedi ke temen-temen ngetrip dan bikin mereka ngakak sambil geleng-geleng. Hahahah..




Labels: , edit post
2 Responses
  1. jajakabogor Says:

    ceu popong.... ini smua biayanya berapaan???


  2. Rizqi Amalia Says:

    Murah kok! Ga sampe jual tanah warisan.. 1.2jt untuk tiket PP dan 950k untuk tripnya.


Post a Comment