Rizqi Amalia
Saya duduk lagi. Kali ini benar-benar terdiam di lobby Akademi Pimpinan Perusahaan (APP). Nunggu Surat Tanda Kelulusan (STL) saya keluar.

Biar saya jelaskan gimana keadaannya. Hari Rabu saya sidang dan dijanjikan oleh Pak Hasnin selaku Pudir I kalau STL saya bakal keluar 1-2 hari setelah saya sidang.

Hari ini, H +2 sidang dan STL saya belum keluar. Ya, memang pihak UI kasih saya waktu sampai tanggal 21 untuk melengkapi beberapa berkas seperti STL dan transkip nilai sementara. Tapi besok Hari Sabtu yang artinya akademi tutup. Lalu Minggu, dan Hari Senin kebetulan tanggal merah. Saya resah. Karena berarti Hari Selasa, 21 Juli 2009 adalah tengat waktunya.

Ahh.. Apa iya karena pihak akademi yang ogah-ogahan mengeluarkan STL, saya jadi ga bisa masuk UI? Pak Wimbo bilang begini, Pak Didin bilang begitu. Misuh-misuh dan bosan dengan pertanyaan saya. Gosh! Saya mengelus dada. Sekarang si pembangkang dan idealisme udah bersatu. Kenapa yang lain ga ngedukung?? Sigh..

"Sabar, Ki!", kata saya dalam hati. Menenangkan diri sendiri meskipun raut wajah kecewa Mama langsung terbayang.

Setahun kemarin saya memang malas bersentuhan dengan tanggung jawab. Gatal rasanya, macam alergi. Tapi pelan-pelan saya nemu penawarnya. Ajaib. Saya sembuh dan suka dengan tanggung jawab.

Dan sekarang, keadaan seperti menggambarkan sebuah kalimat bijak, bahwa hidup kadang tidak seperti yang kita mau. Kalau kita mungkin saja tidak mendapatkan yang kita mau sekeras apapun usaha. Saya menarik nafas panjang. Berat. Saya belum siap kecewa di hari pertama saya berkasih dengan tanggung jawab.

Di samping saya duduk seorang kawan lama sejak 10 menit lalu. Bolak balik nanyain jam karena mau jemput si pacar.

"Udah setengah empat ya, Ki?", tanyanya.

Saya melirik malas ke arloji.
"Ho'oh", jawab saya.
"Gw cabut dulu ya.."

Saya mengangguk dan kembali sibuk dengan pikiran dan perasaan.

Saya ga punya apa-apa sekarang. Cuma doa. Dan itupun bergantung pada keputusan Allah. Saya tahu Dia baik, makanya saya ga berhenti berdoa. Dan apapun itu keputusan-Nya, saya harus ikhlas. Iya, ikhlas. Hal paling berat untuk saya saat ini.

Saya diam. Sibuk dengan pikiran dan perasaan sendiri, sementara di depan saya segerombolan junior tertawa renyah. Saya hilang gairah. Hilang hasrat. Saya berduka.
Labels: edit post
0 Responses

Post a Comment