Rizqi Amalia
Saya tersesat lagi. Iya, ga punya pendirian, ga punya pegangan, tapi saya punya mimpi. Dan saya tersesat dalam mimpi-mimpi saya. Sigh..

Okeh, saya bukannya ga takut pergi ke luar negeri sendiri, ga punya sodara, ga kenal siapa-siapa kecuali keluarga Daniel (incl. Tante Judy). Saya takut, tapi sekali lagi, saya yang punya jiwa petualang sejati ini suka dengan hal-hal menantang. Saya belagu, saya akui. Tapi itu modal seorang pemberani, menurut saya.

Tadi siang pikiran saya kacau lagi. Soal aupair dan soal kuliah. Dua pilihan yang sebenernya ga bisa saya pilih. Kenapa? Karena semua tergantung restu Mama. Ya, memang saya pembangkang, tapi untuk setiap keputusan besar dalam hidup saya, saya sertakan maunya Mama.

"Teh?", katanya di seberang sana.
"Ya, Mah..", jawab saya.
"Nanti dibicarakan lagi soal ke Belanda di rumah sama Papa. Mama sih oke aja. Tapi Belanda kan ga jauh..", katanya menjawab isi sms yang saya kirim lima belas menit yang lalu.

Saya diam. Kuat sekali keragu-raguan saat Mama bilang "oke". Dia bingung, apalagi saya. Tapi keputusan harus jelas. Saya menunggu, keluarga Daniel menunggu, egoisme saya menunggu. Sigh..

Sekarang saya jadi ragu. Bukan ragu harus ke Belanda atau ga. Tapi saya ragu, Mama ikhlas kasih restu ato ga. Segimanapun saya ngerayu, setegas apapun beliau bilang boleh, tapi kalo ga ikhlas, saya ga pergi.

Sekarang, jadi ga jelas maunya saya. Sebentar aupair, sebentar kuliah. Aaahh.. Kenapa saya ga dikasih keteguhan hati saja? Biar saya gampang ambil keputusan. Biar saya ga ngerepotin semua orang! Saya benci seperti ini. Saya masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat. Saya mau sendiri.
Labels: , edit post
0 Responses

Post a Comment