Rizqi Amalia
Siang ini, dihadapan saya duduk seorang wanita cantik dan modis. Rambutnya yang bergelombang dibiarkan terurai anggun. Kakinya ditumpang pada kaki lain sambil menghisap sebatang A Mild Menthol dalam-dalam.

"Rokok?", katanya membuka perbincangan kami. Saya tersenyum sambil menolak halus. Wanita membalas senyum, memesankan Lemon Squash kesukaan saya, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena tertiup angin. Saya perhatikannya gerak geriknya. Lalu dia memandang saya, lagi. Kali ini tanpa senyuman.

Ahh.. Pasti ada yang mengganggu pikirannya. Tiap kali mata kami beradu, pandangannya seperti "melarikan diri" dari saya. Keresahannya tersirat. Ada sesuatu yang telah lama dipendam dan entah pada siapa harus diluapkan, mungkin. Wanita sesekali melirik ke arah saya sambil mengganti topangan kakinya.

"Umur gw 37 tahun ini. Lo tau?", katanya lagi karena saya hanya menatapnya sedaritadi. Saya mengangguk pelan, masih terus menatapnya.

"Gw pengen kawin..", kali ini tatapannya tajam pada saya. Saya tersenyum.
"Seriously, I want to get married, Ki.. Soon. "
Saya diam. Wanita masih menatap saya. "Are you dating someone?", alis saya naik.
Wanita menggeleng. Saya membuang nafas pendek.

Saya mengenal wanita hampir tujuh tahun lalu. Ya, umur kami memang berbeda jauh, tapi toh nyatanya umur cuma deretan angka yang ditandai guratan sekitar mata, tidak lebih. Kesamaan pemikiranlah yang mampu menghapus perbedaan belasan tahun itu. Biar saya gambarkan seperti apa dia. Tinggi, cantik, pintar, mandiri, dan pekerja keras. Wajahnya tidak kalah dengan model-model yang sering muncul di tv atau majalah fashion.


"Ada yang lagi deketin gw", kata wanita menggebu-gebu beberapa tahun lalu.
"Terus?", saya menganggapi.
"Hmm.. Lewat sajalah, mukanya ga banget..", jawabnya.
"Tapi baik?", tanya saya.
"Semua orang baik, kayaknya"
"Oya?"
Dipandangnya saya lekat-lekat, "Iya"

Saya mengangguk. Mungkin benar yang dikatakannya, bahwa pada dasarnya semua orang itu baik, tapi sayang, ga semua juga tampan. Yah.. Wanita memang punya standardisasi sendiri harus seperti apa pria yang bisa mendampinginya. Saya rasa setiap kita punya standardisasi juga. Ada yang mengharuskan pasangannya begini, begitu. Beragam, dan itu sah saja.
Ahh.. Saya tidak mau ambil pusing. Juga tidak banyak berpendapat tiap kali wanita membahas hal ini. Dalam banyak hal, kami mungkin memiliki kesamaan, tapi tidak untuk ini. Buat saya, lebih penting menetapkan standardisasi hati daripada diri.


"Ki..", sapanya menyadarkan saya dari lamunan.
"Ya?", kata saya.
"Salah kalau gw pengen pendamping dengan wajah tampan, menawan?"
"Enggak", jawab saya.
"Oke", katanya pelan.

Saya menatap matanya. Tersenyum dengan manis dan dibalasnya masam.

"Mba.."
"Ya?"
Saya seruput Lemon Squash pesanan saya, "Cuma bonus Tuhan"
Matanya terheran menatap mata saya. Saya pamit pulang.


Italic
To: Wanita
Subject: Bonus Tuhan

Dear Wanita,
Obrolan hari ini menarik. Karena untuk kesekian kalinya kita membahas hal yang sebetulnya cuma bergantung sama keputusan kamu. Aku ga ngerti harus menanggapi dengan cara yang bagaimana. Tapi.. ini sedikit pemikiran aku soal hidup.

Sesuatu yang menarik itu biasanya datang dari mata, kan? Ketika mata dibutakan penampilan, buruknya, sesuatu yang lebih menarik di dalam tak lagi nampak. Ini bukan soal kamu, ini soal cara berpikir, menurut aku. Hmmm.. Kamu pernah ga berpikir kalo ganteng itu cuma bonus dari Tuhan?

Kita kan sebetulnya membutuhkan seseorang yang bisa mengerti, menyayangi, menerima. Dan itu dari dalam, tidak tercermin dari ketampanan.

Kamu sudah dewasa, aku rasa sudah ga pada waktunya lagi ngeliat seseorang dari bentuk luar layaknya abg. Kamu butuh "imam", orang yang bisa membimbing kamu, bukan si tampan yang dengan bangga dipamerkan pada teman. Ini soal hidup kamu, bukan lagi soal ambisi dan arogansi.

Maaf atas kesoktahuanku. Aku hanya melihat dari sudut pandang yang tidak biasa dengan sudut pandangmu. Keluar sedikit dari konsepsi ideal demi mencari ketenangan. Semoga bisa sedikit membantu.

Si-Tidak-Tahu-Apa-apa



Terinspirasi seorang teman, 11.48
Hari Ini.
Labels: edit post
2 Responses
  1. Anonymous Says:

    akuu akuuu akuuu pernahh tertipu dengan wajah tampan dan malah melepas laki2 yg worth it bnget,,menyesall!!

    percayalah..wajah tampan hanya bonus dr Tuhan,,,
    yg penting hatinyaa!jngan diliat outfitnya,,
    hiksssssss :( :(


  2. Rizqi Amalia Says:

    banyak jalan menuju roma nona.. hahhaah.. banyak jalan meraihnya kembali, dengan wujud yang sama, atau tidak.. *ngomong apa gw*


Post a Comment